4 mins read

AI Artwork Menantang Batas Kurasi

Hanya dalam beberapa tahun, jumlah karya seni yang dihasilkan oleh seniman AI yang menggambarkan diri sendiri telah meningkat secara dramatis. Beberapa dari karya ini telah dijual oleh rumah lelang besar dengan harga yang memusingkan dan telah masuk ke dalam koleksi kurasi bergengsi. Awalnya dipelopori oleh beberapa seniman berpengetahuan teknologi yang mengadopsi pemrograman komputer sebagai bagian dari proses kreatif mereka, seni AI baru-baru ini dianut oleh massa, karena teknologi pembuatan gambar menjadi lebih efektif dan lebih mudah digunakan tanpa keterampilan coding.

Gerakan seni AI memanfaatkan kemajuan teknis dalam visi komputer, space penelitian yang didedikasikan untuk merancang algoritme yang dapat memproses informasi visible yang bermakna. Subkelas algoritme visi komputer, yang disebut mannequin generatif, menjadi pusat perhatian dalam cerita ini. Mannequin generatif adalah jaringan saraf tiruan yang dapat “dilatih” pada kumpulan information besar yang berisi jutaan gambar dan belajar menyandikan fitur yang menonjol secara statistik. Setelah pelatihan, mereka dapat menghasilkan gambar yang benar-benar baru yang tidak terdapat dalam kumpulan information asli, seringkali dipandu oleh petunjuk teks yang secara eksplisit menjelaskan hasil yang diinginkan. Sampai saat ini, gambar yang dihasilkan melalui pendekatan ini tetap kurang koherensi atau element, meskipun mereka memiliki pesona surealis yang tak terbantahkan yang menarik perhatian banyak seniman serius. Namun, awal tahun ini perusahaan teknologi Open AI meluncurkan mannequin baru—dijuluki DALL·E 2—yang dapat menghasilkan gambar yang sangat konsisten dan relevan dari hampir semua perintah teks. DALL·E 2 bahkan dapat menghasilkan gambar dengan gaya tertentu dan meniru artis terkenal secara meyakinkan, asalkan efek yang diinginkan cukup ditentukan dalam immediate. Alat serupa telah dirilis secara free of charge ke publik dengan nama Craiyon (sebelumnya “DALL·E mini”).

Munculnya seni AI menimbulkan sejumlah pertanyaan menarik, beberapa di antaranya — seperti apakah seni AI benar-benar seni, dan jika demikian, sejauh mana itu benar-benar dibuat oleh AI — tidak terlalu orisinal. Pertanyaan-pertanyaan ini menggemakan kekhawatiran serupa yang pernah diangkat oleh penemuan fotografi. Hanya dengan menekan tombol pada kamera, seseorang yang tidak memiliki keahlian melukis tiba-tiba dapat menangkap penggambaran pemandangan yang realistis. Saat ini, seseorang dapat menekan tombol digital untuk menjalankan mannequin generatif dan menghasilkan gambar dari hampir semua adegan dengan gaya apa pun. Tapi kamera dan algoritme tidak menghasilkan karya seni. Orang-orang melakukannya. Seni AI adalah seni, dibuat oleh seniman manusia yang menggunakan algoritme sebagai alat lain dalam gudang kreatif mereka. Meskipun kedua teknologi tersebut telah menurunkan penghalang masuknya kreasi artistik—yang membutuhkan perayaan daripada perhatian—seseorang tidak boleh meremehkan jumlah keterampilan, bakat, dan kesengajaan yang terlibat dalam membuat karya seni yang menarik.

Seperti alat baru lainnya, mannequin generatif memperkenalkan perubahan signifikan dalam proses pembuatan seni. Secara khusus, seni AI memperluas gagasan kurasi multifaset dan terus mengaburkan batas antara kurasi dan kreasi.

Setidaknya ada tiga cara membuat karya seni dengan AI bisa melibatkan tindakan kuratorial. Yang pertama, dan paling tidak orisinal, berkaitan dengan kurasi output. Algoritme generatif apa pun dapat menghasilkan gambar dalam jumlah tak terbatas, tetapi tidak semua ini biasanya akan diberikan standing artistik. Proses kurasi keluaran sangat akrab bagi fotografer, beberapa di antaranya secara rutin menangkap ratusan atau ribuan bidikan dari mana beberapa, jika ada, dapat dipilih dengan cermat untuk ditampilkan. Tidak seperti pelukis dan pematung, fotografer dan seniman AI harus berurusan dengan objek (digital) yang melimpah, yang kurasinya merupakan bagian tak terpisahkan dari proses artistik. Dalam penelitian AI pada umumnya, tindakan “memilih ceri” terutama hasil yang baik dipandang sebagai praktik ilmiah yang buruk, cara untuk secara menyesatkan meningkatkan persepsi kinerja mannequin. Namun, dalam hal seni AI, memetik ceri bisa menjadi nama permainannya. Niat dan kepekaan artistik seniman dapat diekspresikan dalam tindakan mempromosikan keluaran tertentu ke standing karya seni.

Kedua, kurasi juga dapat terjadi sebelum gambar dibuat. Faktanya, sementara “kurasi” yang diterapkan pada seni umumnya mengacu pada proses pemilihan karya yang ada untuk ditampilkan, kurasi dalam penelitian AI dalam bahasa sehari-hari mengacu pada pekerjaan yang digunakan untuk membuat kumpulan information untuk melatih jaringan saraf tiruan. Pekerjaan ini sangat penting, karena jika kumpulan information dirancang dengan buruk, jaringan akan sering gagal mempelajari cara merepresentasikan fitur yang diinginkan dan bekerja secara memadai. Selain itu, jika kumpulan information bias, jaringan akan cenderung mereproduksi, atau bahkan memperkuat bias tersebut—termasuk, misalnya, stereotip berbahaya. Seperti kata pepatah, “sampah masuk, sampah keluar.” Pepatah tersebut juga berlaku untuk seni AI, kecuali “sampah” memiliki dimensi estetika (dan subyektif).

New Replace : [randomize]